Beberapa hari yang lalu saya terhenyak melihat status FB seorang akhwat yang menuliskan - setelah menghadiri sebuah kajian keluarga sakinah- : dengan banyaknya potensi seorang wanita, Islam memuliakannya dengan sumur kasur dan dapur. Deg .. begitu kesan pertama saya setelah membaca status tersebut. Bayangan kekhawatiran saya segera berkelebat, jika sebuah kajian keluarga sakinah saja bisa menyimpulkan hal semacam itu, jangan-jangan apa yang ada dalam benak sebagian suami pun tak jauh berbeda.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para ummahat, wanita, dan istri yang selalu ikhlas menunaikan tugas-tugas domestik di atas, nyaris tanpa keluhan, namun sejatinya tidaklah demikian cara Islam memperlakukan wanita, apalagi jika itu disebut dengan cover kewajiban mulia. Bisa jadi ada pandangan yang berbeda seputar hal ini, yaitu ketika ditanyakan : benarkah tugas atau kewajiban istri adalah sumur, kasur dan dapur ? Atau dalam istilah yang populer berarti cuci baju, piring, membersihkan rumah, masak dan pelayanan kebutuhan biologis ?.

Untuk menjawabnya, yang menjadi acuan saya cukuplah sebatas yang disimpulkan oleh Dr. Wahbah Zuhaily, pengarang masterpiece fiqh perbandingan madzhab yaitu Fiqh Islamy wa Adillatuhum dimana beliau menyampaikan bahwa kewajiban nafkah pada istri adalah lima hal :

Pertama : Makan minum dan Lauk pauk
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah tugas suami menghadirkan makan, minum dan lauk pauk kepada istri, artinya yang siap saji dan dinikmati oleh sang istri, jika perlu sekalian disuapi hingga tugas istri lebih mudah, tinggal membuka mulut saja. Yang disalah pahami selama ini adalah, suami menghadirkan bahan makanan dan sayuran mentah plus bumbu, lalu menjadi kewajiban istri -yang mungkin sudah lapar- untuk berjibaku terlebih dahulu di dapur sebelum akhirnya sukses bisa menikmati makanan tersebut. Sekali lagi ini bukan untuk mempermasalahkan para istri yang asyik dan menikmati perannya di dapur. Hanya sekedar menjelaskan kepada para suami, betapa mulianya mereka selama ini memasak makanan yang semestinya diterima dari suami berupa makanan siap saji.

Kedua : Pakaian 
Dalam hal ini tidak banyak permasalahan, tinggal secara teknis para istri dan suami bisa bermusyawarah tentang kebutuhan pakaian yang semestinya. Kenapa tidak banyak permasalahan, karena sebagian besar pakaian didapat dari membeli jadi atau pesan di penjahit, bukan sang istri yang langsung mengerjakan dengan tangannya sendiri.

Ketiga : Tempat Tinggal
Perlu diperhatikan karena kenyamanan sang istri tentu berada di keluarga yang dicintainya. Jangan sampai ketenangan keluarga terganggu karena hadirnya orang lain bersama, atau terlampau terbatasnya rumah yang ditinggali, yang menghadirkan kepenatan berlebih dan gelisah tanpa ujung. Rasulullah SAW juga mengakui bahwa rumah yang lapang nan nyaman termasuk kebahagiaan dunia yang layak untuk diusahakan. Suami wajib menyiapkan rumah untuk istri, meskipun untuk sementara dalam bentuk kontrakan.

Keempat : Layanan Khadimat / Pembantu Rumah Tangga
Ini hal yang menarik, ternyata menyediakan PRT atau mereka yang membantu istri termasuk kewajiban nafkah suami. Hal ini bisa dipahami karena keterbatasan seorang istri untuk mengurus rumah yang ditinggali, apalagi jika sudah ada anak-anak buah hati yang berjajar mengantri di belakang. Tidak ada pilihan selain untuk menyediakan asisten bagi sang istri, terlebih jika sang istri mempunyai potensi yang luar biasa untuk berkontribusi bagi masyarakatnya.

Kelima : Alat Kebersihan dan Perabot Rumah Tangga
Saat ini banyak pekerjaan rumah yang menjadi luar biasa ringkas dengan hadirnya kecanggihan teknologi, yang mau tidak mau atau suka tidak suka sangat membantu sebagian tugas kerumahtanggaan yang biasanya dihandel oleh sang istri. Sebut saja setrika, mesin cuci, kompor gas, pembersih debu, dan lain sebagainya, ternyata merupakan bagian dari nafkah yang harus disiapkan oleh seorang suami.

Walhasil, kesimpulan dari lima aplikasi nafkah suami kepada istri versi Dr. Wahbah Zuhaily menghasilkan satu getaran hebat dalam hati saya pribadi, betapa istri saya selama ini telah melakukan banyak hal mulia yang sebenarnya menjadi 'pekerjaan rumah' atau tugas bagi seorang suami untuk menyiapkannya.

Tanpa pemahaman di atas, bisa jadi yang terjadi adalah seorang istri yang kepayahan, bukan saja karena melahirkan dan menyusui berkali-kali, namun juga ditambah seabreg kegiatan rumah tangga yang takkan pernah bisa usai diselesaikan. Bersedih mendengar beberapa ummahat meninggal karena sakit dalam waktu dekat ini. Tentunya semua adalah bagian dari takdir yang harus kita terima dengan sepenuh kesabaran. Namun tentu sekerat hikmah dan pengingatan bisa kita ambil dan tunaikan,  yaitu bisa jadi karena secara umum kita belum terlampau sadar untuk menjaga dan mengecek kesehatan secara berkala, ataupun bisa jadi juga karena proses 'pelemahan bertahun-tahun' yang tidak disadari karena aktifitas melahirkan, menyusui, dan ditambah lagi urusan 'sumur kasur dapur' yang dijalani dengan begitu tulus mulia.

Semoga bermanfaat dan salam optimis.


Sumber: http://www.indonesiaoptimis.com/2013/03/benarkah-tugas-istri-adalah-sumur-kasur.html

Read more
Berbanggalah menjadi pelajar Muslim. Karena, pendidikan Islam tidak hanya bertujuan mencetak generasi yang memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual dan sosial.
Pencerdasan intelektual tercermin dalam proses ta’lim. Aneka ilmu diajarkan. Ada ilmu ukhrawi, seperti Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqih, Tafsir, Hadis, Kalam, dan lainnya. Juga ilmu duniawi, seperti Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Bahasa, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan semacamnya. Pencerdasan spiritual tampak pada proses tarbiyah, yang meliputi pendidikan akhlak dan  ibadah. Sementara, pencerdasan sosial dibangun melalui proses ta’dib, seperti budaya sopan santun dan organisasi.

Harapannya, pelajar Muslim kelak tumbuh menjadi manusia yang unggul. Manusia unggul, tutur Prof. Dr. Imam Suprayogo, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, adalah manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri, dapat dipercaya, sanggup membersihkan tubuh dan jiwa, serta selalu berpikir dan berbuat untuk kemaslahatan umat banyak.

Itulah profil pelajar Muslim. Karena itu, di tengah perubahan zaman yang demikian pesat, pelajar Muslim dituntut mampu menjadi manusia modern. Siapa manusia modern? Yaitu mereka yang mampu hidup mesra dengan deru kemajuan tanpa harus tergilas roda zaman. Untuk memenuhi tuntutan itu, maka pelajar Muslim harus memiliki tiga pondasi penting dalam hidupnya: iman, ilmu, dan akhlak. Tiga pondasi ini harus diletakkan secara berurutan. Merubah urutannya akan merancukan makna.

Pondasi Iman

Iman merupakan pondasi yang pertama dan utama dalam hidup manusia. Kebaikan tanpa iman akan sia-sia belaka. Iman juga menjadi syarat diterimanya ibadah. Simak pelajaran pertama yang disampaikan Luqman kepada putranya. “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada putranya, ketika dia memberikan pelajaran kepadanya: Wahai anakku. Jangan engkau menyekutukan Allah. Sungguh menyekutukan Allah itu benar-benar kezaliman yang besar” (Al-Luqman: 13).

Luqman telah menjadikan iman atau tauhid sebagai misi utama pendidikannya. Jadi, sekolah yang bagus bukan sekolah yang megah gedungnya, mahal biayanya, membeludak muridnya, dan segudang label simbolis serupa. Semua label itu memang penting. Tetapi yang paling penting adalah sekolah mampu menghunjamkan nilai-nilai keimanan ke lubuk sanubari murid-muridnya. Kebahagiaan hakiki tidak mungkin dicapai tanpa iman. Sering kita saksikan orang kaya ilmu dan berlimpah harta justru merana hidupnya. Ilmunya tidak bermanfaat bagi dirinya. Hartanya justru mengundang petaka bagi hidupnya.

Iman menjadi prasyarat mutlak untuk mengarungi bahtera kehidupan. Di antara cara memupuk iman adalah dengan memperbaiki kualitas ibadah. Senantiasa luangkan waktu untuk menjalin komunikasi mesra dengan Tuhan. Ada beberapa ibadah harian yang patut diprogramkan, seperti menjaga wudhu, shalat wajib berjamaah, shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tahajud, membaca Alqur’an, serta dzikir pagi dan petang. Mulailah dari yang paling ringan. Tepatilah, sambil terus meningkatkan kualitas masing-masing ibadah itu. Kemudian, rasakan hasilnya.

Perhatikan sabda Rasulullah berikut. “Dan tidaklah hamba-Ku mendekat pada-Ku dengan sesuatu yang amat Aku cintai lebih daripada apabila ia melakukan apa yang Aku wajibkan. Dan tidaklah hamba-Ku mendekat pada-Ku dan melakukan hal-hal sunnah sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku mencintainya, Aku akan menjadi telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku akan menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk mengambil, dan Aku akan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Andaikan ia meminta sesuatu pada-Ku, pasti Aku beri dan andaikan ia memohon perlindungan pada-Ku, pasti Aku lindungi” (HR Bukhari).

Pondasi Ilmu

Lihatlah internet. Informasi membanjir kapan saja dan dimana saja. Dunia telah mencapai pucuk peradaban. Hampir tidak ada jenis teknologi yang tidak tersentuh oleh tangan manusia. Itulah hebatnya ilmu. Peradaban jelas tidak cukup dibagun hanya dengan okol tetapi mengabaikan akal. Dan akal itulah rumah dimana ilmu tinggal.

Sekiranya okol manusia memadai sebagai tulang punggung peradaban, pastilah manusia-manusia purba semacam Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Pekinesis, Australopithecus Africanus, dan Neanderthal sudah merajai dunia. Faktanya, mereka punah. Maka sungguh tepat isyarat Alqur’an sebagaimana terbaca dalam wahyu pertama, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak dia ketahui” (Al-Alaq: 1-5).

Membaca itu gerbang ilmu. Mustahil memperoleh ilmu tanpa membaca. Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif pernah menyatakan, mata rantai dari upaya mengadabkan manusia dan kehidupan dimulai dari membaca. Bermula dari membaca kata lalu ‘mengeja’ dunia. Tidak heran, sederet nama ahli dan pemikir kaliber dunia adalah mereka yang sangat aktif membaca. Bahkan, pelajaran pertama yang diberikan Allah kepada Nabi Adam adalah pengenalan nama-nama benda. Orang boleh saja memiliki gelar berderet, tetapi tanpa tradisi membaca, pemikirannya pasti akan mandek. Tradisi membaca membuat orang terus belajar sehingga tidak merasa paling pintar dan benar.

Pondasi akhlak

Akhlak merupakan buah iman dan ilmu. Ilmu yang berlandaskan iman senantiasa membimbing manusia ke jalan hidup yang benar, mulia, dan diridhai Allah. Itulah kenapa Allah menjanjikan kedudukan terhormat bagi mereka yang beriman lagi berilmu. “Allah akan meninggikan martabat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mujadalah: 11).

Janji Allah tidak mungkin dusta. Faktanya, kita mengenal nama-nama besar yang terus dikenang sepanjang sejarah oleh karena segudang karya mereka yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Yang paling utama tentu Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian para sahabat mulia dan para pengikut mereka. Karya-karya hebat juga lahir dari tokoh-tokoh yang lahir kemudian. Sebut saja misalnya Abu Ja’far At-Thabari, Ibnu Katsir, Imam Nawawi, Imam Ghazali, Sayid Quthub, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Ibnu Taimiyah, Nashiruddin Al-Albani, Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi, KH. Ahmad Dahlan, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, KH. Hasyim Asy’ari, dan lainnya.

Sepatutnya pelajar Muslim mampu bercermin pada setiap tokoh zaman. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk mengejar ilmu semata demi ilmu. Lebih rendah dan hina lagi ketika ilmu dikejar hanya untuk pencapaian-pencapaian materi yang sifatnya serba duniawi. Ketinggian ilmu harus mampu membimbing pemiliknya menjadi pribadi yang semakin bertakwa kepada Allah. Itulah hakikat ilmu yang bermanfaat, yang akan dapat mengantarkan pemiliknya mencapai kesenangan di dunia sekaligus merengkuh kebahagiaan di akhirat kelak. Semoga!


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/17/33432/profil-pelajar-muslim/#ixzz2UG41V8io
Read more
Alhamdulillahi Rabbi, berkali-kali kupanjatkan syukurku pada Allah Yang Maha Pemberi Nikmat. Betapa nikmatnya iman ini kurasakan, Ya Allah… Terima kasih Ya Allah, telah Engkau izinkan hamba merasakan nikmatnya iman, Islam dan ihsan hingga detik ini, Ya Allah… Engkau juga perkenankan hamba merasakan betapa indah dan nikmatnya berdakwah menyeru kepada-Mu bersama saudara-saudari terkasih yang amat erat buhul ukhuwahnya karena-Mu… Perlahan tapi pasti, air mataku menitik dan semakin deras seiring dengan lantunan syukurku di malam yang sunyi ini. Kembali aku terpekur dalam dzikir dan doa yang panjang seusai shalat malamku. Kutelusuri sudut-sudut ingatanku, kembali mengingat sejak kapan aku merasakan ketenangan jiwa ini, satu per satu peristiwa yang telah lalu dalam hidupku muncul kembali seperti rekaman yang kembali diulang. Mulai dari akhir masa ‘jahiliyahku’ hingga terbitlah ‘cahaya hidayah’ itu…

Lekat dalam ingatanku, lima tahun lalu, aku yang masih bocah ketika itu, masih berseragam biru putih ala anak SMP yang masih polos, dengan ragu-ragu kuserahkan formulir pendaftaran pengurus ROHIS SMA N 1 Bantul yang telah kuisi sebelumnya. Niat awal, hanya sekadar ingin mengikuti kegiatan, siapa tahu nanti bisa jadi manusia yang lebih baik, karena kulihat kakak-kakak kelas yang aktif di ROHIS terlihat begitu menenangkan & wajahnya pun meneduhkan karena rajin ibadah mungkin, pikirku.

Serangkaian tes seleksi masuk ROHIS pun kujalani, dan hari pengumuman pun tiba, aku lolos seleksi! Diterimanya aku menjadi pengurus ROHIS pasti merupakan bagian dari rencana yang ditakdirkan oleh Allah untukku, jangankan ini, bahkan daun jatuh sekalipun telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz sejak dahulu bukan? Dari sinilah cahaya hidayah itu mulai nampak nyata bagiku, dan aku pun bersegera menjemput hidayah itu… Alhamdulillahi Rabbi, sekali lagi aku bersyukur.

Sebagai junior yang baik, aku ikuti berbagai kegiatan keagamaan aku ikuti karena aku merasa itu tanggung jawabku sebagai pengurus ROHIS, termasuk pengajian pekanan di masjid sekolah. Dari sinilah aku semakin mengenal Allah dan syari’at-Nya, semakin memahami makna syahadat yang setiap hari kubaca di setiap tasyahud dalam shalatku, belajar mewujudkan karakter pribadi muslim yang seharusnya aku punya, belajar mencintai dan mengamalkan dakwah sebagaimana Rasulullah, para sahabat serta para muasis dakwah berjuang, dan berusaha menjadi makhluk yang paling bermanfaat bagi umat.

Sejak saat itu, aku merasakan indahnya ukhuwah yang begitu dekat antara sesama pengurus ROHIS maupun dengan kakak-kakak pembina ruhiyah kami, semoga Allah selalu merahmatinya & memberikan balasan kebaikan sebesar-besarnya. Walaupun kami bukan saudara sedarah, namun ikatan ini terasa begitu kuat, dikarenakan persaudaraan ini lahir karena keimanan kepada Allah.

Allah lah yang telah menyatukan hati-hati kami, dalam indahnya ketaatan pada-Nya. Belakangan aku tahu bahwa ukhuwah adalah konsekuensi dari keimanan, ketika iman kuat menghujam dalam dada, maka ukhuwah pun akan terasa indah dan menentramkan. Namun ketika iman compang-camping dan begitu rapuh, bersiap saja merasakan kesakitan dan ketidaknyamanan ketika bertemu atau menerima pemberian dari saudara-saudari seimannya.

Mengikuti pembinaan Islam membuatku merasa lebih tenang, lebih tenteram, dan semakin membukakan mataku bahwa Islam itu benar-benar rahmatan lil ‘alamiin. Aku juga semakin yakin bahwa Islam itu cinta damai, tidak seperti yang sering digaung-gaungkan di media bahwa Islam itu teroris dan sebagainya. Sebagaimana yang Allah ajarkan, bahwa cara mendakwahkan Islam adalah dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik (QS. An Nahl: 125).

Alhamdulillahi Rabbi, betapa banyak nikmat dan karunia-Mu untukku, bahkan aku tak mampu lagi menghitung seberapa banyak kasih sayang-Mu untukku hingga detik ini. Berkali-kali Engkau memilihkan takdir terbaik untukku. Memang benar adanya bahwa ketika aku telah menyerahkan semua urusanku pada-Mu, semuanya akan terasa mudah karena Engkaulah yang memudahkan dan mencukupkan segalanya. Dengan berdakwahlah salah satu cara untuk bersyukur pada-Mu. Yang kuyakini, apa yang aku dapatkan hari ini adalah konsekuensi atas apa yang telah aku lakukan sebelumnya. Kembali terngiang bunyi firman Allah dalam QS. Muhammad: 7 “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.

Alhamdulillah, Allah telah memilihku untuk menjadi bagian dari dakwah di ROHIS, karena dari sinilah aku semakin menemukan dan mengenal cintaku. Cintaku pada Rabbku, Rasulku, agamaku, kitabku, saudara seimanku dan juga dakwah ilallah… Semoga Allah senantiasa menjaga rasa cinta ini hingga akhir hayat nanti, aamiin.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/04/04/30540/gara-gara-rohis-kutemukan-cintaku/#ixzz2UG2V6Pto
Read more
Jakarta. Menteri Luar Negeri (Menlu), Marty Natalegawa, menolak menyebut langkah kebijakan kerja sama perdagangan Indonesia sebagai penyebab kebangkrutan para peternak sapi di Australia terutama bagian utara.

“Terlalu jauh untuk mengatakan bahwa Indonesia sudah membuat peternak sapi Australia bangkrut,” kata Marty di kantornya di Jakarta, Jumat.
Menurut Marty, pendekatan kerja sama ekonomi sudah prinsip dasarnya adalah saling menguntungkan supaya bisa bertahan lama.

Oleh karena itu, Indonesia dalam hubungan ekonomi dengan Australia terkait produk daging sapi pada beberapa tahun terakhir menyampaikan pendekatan bukan saja berbentuk perdagangan melainkan juga investasi.

“Indonesia tentunya berkeinginan untuk membangun industri peternakan sapi serta kapasitas pedagangnya juga,” ujar Marty.

“Oleh karena itu, kepada pihak Australia kami mengundang mereka untuk bukan hanya berdagang tetapi juga bedin ekstasi dan secara bersamaan meningkatkan kapasitas peternakan sapi di Indonesia,” kata dia menambahkan.

Media Australia, ABC, sempat melaporkan berita terkait krisis yang melanda peternak sapi di beberapa bagian Australia dan menyebut kebijakan penghentian ekspor daging ke Indonesia pada 2011 serta rencana swasembada daging oleh pemerintah Indonesia sebagai salah satu penyebabnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian negara bagian Queensland, John McVeigh, sempat berada di Jakarta bersama Menteri Industri Primer Wilayah Utara Australia untuk melobi pemerintah Indonesia berkaitan pemulihan perdagangan ternak.

“Larangan sementara perdagangan ekspor ternak dua tahun lalu oleh pemerintah Partai buruh menimbulkan keprihatinan dan kebingungan di kalangan mitra-mitra Indonesia dalam industri daging sapi,” kata dia sebagaimana dilaporkan ABC.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono pada awal bulan lalu menyatakan optimis swasembada daging bisa tercapai pada 2014.

Meskipun demikian, Mentan belakangan menyatakan Perum Bulog bakal melakukan impor daging untuk menstabilkan harga di pasar khusus untuk di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
“Sudah disetujui daging impor untuk operasi pasar yang tentunya masuk ke pasar hanya untuk DKI (Jakarta) dan Jawa Barat,” kata Suswono pada Rabu (22/5). (hr/rol)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/24/33802/marty-tolak-indonesia-disebut-bangkrutkan-peternak-sapi-australia/#ixzz2UFgZzF1l
Read more
Pergolakan dakwah kampus seperti mencapai titik nadir yang tak terbantahkan. Kisah 23 tahun lalu, dimana aktifis dakwah kampus turut andil dalam alotnya menegakkan reformasi. Ini menjadi satu dari jutaan alasan bahwa dakwah kampus merupakan elemen yang mampu menjadi tonggak peradaban bangsa ini;perbaikan dan pembangunan.

Dalam perkembangannya saat ini dakwah kampus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari menjamurnya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di setiap perguruan tinggi negeri maupun swasta. Berdasarkan acuan Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) yang menjadi motor dan wadah LDK se-Indonesia, LDK dapat diklasifikasikan ke dalam 3 jenjang utama; Mula, Madya dan Mandiri. Klasifikasi tersebut dilandaskan terhadap kondisi LDK kaitannya dengan; kemapanan struktur organisasi, perkembangan syiar dan kaderisasi, kualitas dan kuantitas anggota dsb.

Meskipun dalam keberjalanannya saat ini klasifikasi jenjang mula dan madya masih mendominasi. Namun, hal tersebut bukan merupakan alasan para akitifis dakwah untuk berkecil hati. Bahkan semangat menebarkan fikrah-fikrah islam semakin tinggi. Maka benar jika dikatakan bahwa mahasiswa merupakan salah satu faktor yang potensial dalam perkembangan dakwah. Sebab, jiwa muda yang senantiasa membara untuk sebuah perubahan menjadi salah satu alasannya. Selain itu mahasiswa juga merupakan kaum intelektual yang menggunakan logika dalam berpikir sehingga mudah baginya dalam menerima sesuatu yang jelas-jelas ada landasannya. Tidak lain yang tertera dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Bekal Dakwah

Militansi luar biasa yang dimiliki para aktifis dakwah tidak muncul secara tiba-tiba. Berbekal pembinaan rutin dan semangat memperbaiki diri, para aktifis dakwah kampus senantiasa menyebarkan dakwah islam secara lebih luas. Karena mereka memahami bahwa berdakwah adalah amanah dari Allah yang harus dilakukan setiap yang beriman.

“Kamu (Umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Ali-Imran:110).

Ketika keyakinan bahwa manusia merupakan umat terbaik yang Allah swt ciptakan, maka kesadaran akan berdakwah semakin besar. Tidak berhenti pada tahap pembinaan dan perbaikan diri, namun yang paling esensial adalah menebarkannya pada masyarakat kampus secara luas.

Walaupun aktifis dakwah kampus juga menyadari betul bahwa mereka bukanlah kumpulan orang-orang shaleh yang selalu benar dan belajar menjadi shaleh itu yang paling utama.

Selain Al-Quran, semangat yang dimiliki oleh aktifis dakwah berasal dari kajian-kajian mengenai bagaimana perjuangan Rasulullah saw dan para sahabat terdahulu dalam menegakkan cahaya Islam. Mereka senantiasa berusaha istiqamah meneladani amalan sunnah-sunnah Rasulnya; qiyamulail, shaum sunnah, dhuha, dzikir al-matsurat dan amalan lain yang dicontohkan.
Berdakwah di kampus Islam?
Berdasarkan berbagai analisis mengemuka bahwa berdakwah di kampus Islam maupun non-Islam mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di kampus non-Islam ketertarikan akan nilai-nilai Islam yang lebih tinggi seringkali menjadi peluang lebih besar untuk berdakwah. Namun di kampus Islam mempunyai tantangan tersendiri. Sebab, secara pengetahuan banyak mahasiswa yang mempunyai basic keislaman yang sudah dibentuk sejak masa sekolah menengah (didominasi oleh lulusan Madrasah Aliyah dsb).

Di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dakwah digaungkan oleh Lembaga Dakwah Mahasiswa (LDM). Dalam kiprahnya sejak tahun 1985 LDM bersinergi dengan Dewan Kemakmuran Mesjid Ikomah (DKM) untuk menampakkan “wajah Islam” di kampus Islam. Setiap generasinya memiliki antusiasme berbeda dalam penerimaan dakwah, baik dari; mahasiswa, dosen maupun pemerintah kampus. Hal tersebut tantangan dan peluang tersendiri bagi LDM.

Organisasi keislaman di UIN sunan Gunung Djati Bandung tidak hanya LDM. Ada lagi beberapa organisasi lain seperti; UPTQ, LSPI, KAMMI, PMII, HMI dsb. Hal tersebut tidak kemudian menjadi penghambat berarti bagi LDM, karena meyakini bahwa semua mempunyai tujuan yang sama. Yakni berkembang dan jayanya fikrah Islam di kampus, untuk kampus UIN yang madani.

Terkait perbedaan wadah, LDM mempunyai satu konsep yang dapat menerima keberagaman bahwa; berdakwah adalah sebuah keharusan, berjamaah adalah sebuah keniscayaan dan wadah dakwah mana yang akan dipilih oleh seorang da’i adalah pilihan. Satu hal yang pasti, bahwa sampai kapanpun LDM berkomitmen untuk senantiasa menebarkan nafas Islam dengan berbagai tantangan dan ujian. Karena yang menjadi kekuatan adalah bahwa dakwah dan Islam ini milik Allah, maka Dia pula yang akan menjaganya agar tetap bercahaya. Wallahualam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/13/33143/metamorfosis-dakwah-kampus/#ixzz2UFeyeic2
Read more
Ada sebanyak 3.700 mahasiswa baru tiap tahunnya di IPB. Mahasiswa-mahasiswa baru ini datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. IPB sendiri menyebut mahasiswa-mahasiswa baru ini sebagai putra-putri terbaik bangsa. Dari 10 orang yang mendaftar hanya satu yang diterima. Satu yang diterima itu adalah salah satu putra-putri terbaik bangsa.

Untuk biaya masuk sendiri IPB tidak memberatkan calon-calon mahasiswanya. Ada banyak cara untuk membayar uang masuk tersebut. Satu dari empat mahasiswa IPB masuk tanpa membayar uang pangkal sama sekali. Mereka adalah calon mahasiswa yang mendapatkan beasiswa bidik misi. Pemerintah sendiri lewat DIKTI  menyediakan kuota sebanyak 1000 beasiswa untuk calon mahasiswa IPB.

Seorang calon mahasiswa IPB baru bisa dikatakan sebagai mahasiswa IPB apabila telah memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Selanjutnya mahasiswa ini baru sah sebagai mahasiswa IPB dan akan mendapatkan pendidikan. Tidak seperti Perguruan Tinggi lainnya, IPB sendiri pada tahun pertama menerapkan sistem pendidikan yang disebut TPB (Tahun Persiapan Bersama). TPB adalah masa-masa persiapan untuk mahasiswa baru sebelum masuk ke departemen atau fakultas.

Mahasiswa IPB tidak disebut berdasarkan jurusannya masing-masing walaupun diterima di jurusan yang dipilih. Misalnya Mahasiswa baru yang diterima di jurusan Kedokteran Hewan tidaklah disebut Mahasiswa FKH tapi disebut sebagai mahasiswa TPB. Selama dua semester mahasiswa TPB akan tinggal di asrama yang dikenal dengan asrama TPB. Asrama mahasiswa (putra) dan mahasiswi (putri) dipisahkan. Untuk asrama putera disebut Astra dan asrama putri disebut Astri. Jadi pada tahun pertama mahasiswa IPB harus melewati dua masa pada satu waktu, yaitu masa TPB dan masa asrama.

Masa TPB sendiri ditujukan untuk menyamakan tingkat dan kualitas pendidikan mahasiswa. Kualitas pendidikan SMA satu daerah tentu tidak sama dengan SMA di daerah lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut seperti kurangnya sumber daya guru dan juga fasilitas yang tidak memadai. IPB sendiri tidak berkeinginan untuk membedakan kemampuan dan pemahaman akan ilmu bagi mahasiswanya. TPB adalah cara yang tepat untuk mengatasi ketidaksamaaan kualitas pendidikan tersebut. Kurikulum TPB sendiri sama seperti kurikulum SMA. Mata-mata kuliah yang diajarkan juga sama dengan mata pelajaran SMA. Oleh karena itu mahasiswa IPB sering menyebut TPB sebagai kelas empat –nya SMA. Materi-materi yang ada pada mata kuliah TPB tidak jauh berbeda dengan materi-materi yang ada di SMA. Materi-materi ini akan sedikit dipersempit dan diarahkan ke materi yang mendukung pertanian. Contohnya adalah mata kuliah Sosiologi Umum. Mata kuliah ini tetap mengajarkan materi-materi penting Sosiologi Umum seperti biasanya. Namun dalam hal pemberian kasus untuk dianalisis pasti yang berkaitan dengan yang namanya pertanian. Pertanian yang dimaksud adalah pertanian dalam arti luas yang mencakup peternakan, veteriner, perikanan-perairan, kehutanan dan juga teknologi pertanian. Diharapkan selepas dari TPB pemahaman semua mahasiswa baru IPB sama. Kesamaan ini akan menjadi dasar dalam memahami materi-materi yang sesuai jurusan atau departemen yang dipilih.

Masa-masa TPB adalah masa-masa pertukaran budaya, mengingat mahasiswa-mahasiswa baru IPB tidak datang dari satu daerah saja. Semua datang dari penjuru Indonesia. Mahasiswa yang berasal dari Jawa tetap mendominasi, namun tidak sedikit juga yang berasal dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Tidak ada masalah dengan adanya dominasi kebudayaan tersebut.

Ketertukaran budaya cukup diwakili oleh satu orang mahasiswa saja. Satu mahasiswa ini sudah bisa menggambarkan tentang kebudayaan yang dibawa. Selain itu informasi yang didapatkan tidak akan jauh berbeda dengan mahasiswa lainnya dari daerah yang sama.

Masa-masa asrama sendiri adalah masa-masa penuh kebagian, begitu pernyataan sebagian besar mahasiswa IPB yang telah melewati masa-masa tersebut. Pada masa inilah mahasiswa IPB akan menceritakan jalan mereka ketika masuk IPB. Hal yang paling mencolok adalah alasan masuk IPB dan memilih jurusan. Jika dibandingkan hanya satu dari sepuluh mahasiswa IPB yang masuk karena benar-benar mencintai pertanian. Sembilan lainnya memilih IPB karena banyak alasan. Ada yang yang masuk karena memperjuangkan prestige sekolahnya. Jika tidak memilih IPB maka SMA nya tidak akan mendapatkan jatah tahun berikutnya. Ada juga yang masuk untuk menghindari sekolahnya dari “blacklist” IPB. Isu yang beredar menyebutkan kalau sekolah-sekolah yang sudah di “blacklist” otomatis siswanya tidak bisa masuk IPB. Alasan-alasan inilah yang menjadikan siswa tersebut terpaksa harus memilih IPB, terkadang malah dengan jurusan yang tidak mereka inginkan sama sekali. IPB sendiri memberlakukan aturan ketat seperti ini untuk mencegah “peng-anak tirian” pilihan. Selama ini IPB merasa selalu di nomor dua kan dan dijadikan sebagai pilihan alternatif jika tidak diterima di perguruan tinggi lainnya.

Bicara memilih jurusan kebanyakan dari siswa tidak mengerti dengan jurusan yang mereka pilih. Informasi tentang Perguruan Tinggi yang ada dan bisa dipilih itu tidaklah memadai. Guru sebagai tenaga pendidik yang bertanggung jawab terhadap pendidikan siswanya juga tidak memiliki informasi yang cukup mengenai Jurusan dan Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. Bahkan ada juga oknum guru yang tidak peduli dengan hal ini. Akibatnya jurusan yang dipilih adalah jurusan yang namanya aneh, bagus dan asing. Suatu jurusan yang baik dinilai berdasarkan namanya, bukan dari program jurusan tersebut. Sementara jurusan lain yang tidak memiliki nama yang menarik menjadi pilihan terbawah. Jurusan-jurusan dengan nama pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan tidak menjadi prioritas. Siswa-siswa yang tidak diterima di jurusan yang mereka inginkan (jurusan pilihan pertama) berkemungkinan diterima di jurusan yang ada di pilihan kedua. Pilihan kedua ini kadang-kadang adalah jurusan yang dipilih secara asal-asalan. Selanjutnya siswa ini mau tidak mau harus memutuskan, memilih jurusan yang diterima atau mendaftar di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Pilihan memilih jurusan yang diterima adalah pilihan rasional. Kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jauh lebih prestise dibanding kuliah di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Faktor biaya juga menjadi alasan. Hanya orang-orang kaya yang bisa bertahan dengan biaya kuliah mahal di PTS. PTS sendiripun tidak menyediakan beasiswa yang cukup untuk mahasiswa yang tidak berkecukupan dalam masalah biaya.

Kuliah di jurusan yang tidak diketahui. Itulah imbas dari pilihan yang tidak beralasan. Hanya satu dari sepuluh mahasiswa IPB yang benar-benar tau informasi tentang IPB. Sedikit sekali yang benar-benar merencanakan untuk kuliah di IPB dengan jurusan yang mereka sukai. Akibat akan mengakibatkan hal yang lainnya. Pertama memilih jurusan asal-asalan akibatnya diterima di jurusan yang tidak sesuai keinginan. Kedua, Karena tidak diterima di jurusan yang sesuai keinginan kuliah menjadi malas, nilai turun, dapat surat peringatan dan akhirnya DO. Banyak mahasiswa yang DO bukan karena kasus-kasus kriminal. Rata-rata alasan di DO adalah tidak bersemangat dengan jurusan yang dipilih. Tidak ada motivasi untuk belajar, tidak melihat prospek masa depan yang cerah dari jurusan yang pipih membuat mahasiswa ini DO di semester-semester awal kuliah.

Walaupun IPB sendiri tau kalau ketidaksukaan dengan jurusan yang dipilih adalah masalah personal, namun IPB juga tidak mau kehilangan putera-puteri terbaik bangsa hanya karena masalah ini. Ada potensi yang besar dari seorang pemuda dan potensi itu bisa memajukan bangsa Indonesia, terutama di bidang pertanian. Putera-puteri terbaik bangsa ini hanya mengalami sedikit kegalauan dengan jurusan-jurusan yang mereka pilih. Jika diibaratkan, mereka seperti pedang yang bengkok yang sewaktu-waktu bisa patah jika tidak diluruskan lagi. IPB sebagai Perguruan Tinggi yang diberikan amanah oleh bangsa ini untuk memajukan pertanian Indonesia memiliki tanggung jawab untuk meluruskan pedang yang bengkok tersebut. Dengan segala daya dan upaya pedang ini akan lurus dan siap membabat gulma-gulma pertanian Indonesia.

Asrama TPB merupakan salah satunya. Asrama ini bukan sekedar tempat tinggal saja. Terdapat berbagai program pembinaan seperti apel pagi, SOGA (Sosial Gathering) lorong dan beberapa program lainnya yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta akan pertanian. Terdapat juga kakak-kakak pendamping yang disebut Senior Resedent (SR) yang senantiasa membimbing mahasiswa-mahasiswa baru dalam berbagai hal. Pembibingan ini menyangkut semua hal tidak hanya terbatas pada program-program asrama. Salah satu contohnya adalah diskusi bebas. Dalam diskusi bebas ini semua topik boleh dibicarakan dan nanti SR akan menghubungkannya dengan pertanian. Inti dari diskusi bebas itu adalah memberikan paradigma kepada mahasiswa baru bahwa pertanian tidaklah seperti yang mereka pikirkan. SR juga akan mengatakan kalau perjuangan itu tidak harus dengan hal-hal yang disukai, justru dengan hal yang tidak disukai membuat diri untuk belajar tentang hal yang dikesampingkan selama ini. SR juga memberikan pernyataan kalau kuliah di IPB adalah pilihan tepat. Apapun jurusan yang dipilih, suka atau tidak suka IPB akan menjadikan mahasiswa baru menjadi pejuang pertanian, laskar pertanian Indonesia. Artinya memperjuangkan nasib rakyat kecil, rakyat kalangan bawah yang mendominasi Indonesia ini. Jika merasa tersesat, maka tersesatnya tidak lah ke jalan yang salah tapi ke jalan yang benar.

Penanaman nilai-nilai cinta akan pertanian, cinta akan jurusan yang dipilih, cinta akan keputusan yang telah diambil tidak hanya dilakukan oleh SR tapi juga dosen. Dosen sendiri pasti menyematkan kalau pertanian tidak seperti yang disangka mahasiswa. IPB juga tidak seperti yang disangka. Banyak orang-orang besar dulu kuliah IPB dan banyak di antara mereka dulunya adalah orang –orang yang salah jurusan juga. Intinya dosen akan mengatakan kalau merasa tersesat di IPB maka tersesatnya tidak di jalan yang salah tapi dijalan yang benar. Mereka besar karena mengubah ketidaksukaan menjadi kecintaan.

Begitulah cara dan nilai yang ditanamkan IPB dalam menyikapi salah jurusan. Ketidaksukaan memang menyebabkan penurunan spirit belajar dan berjuang. Lewat kerjasama semua elemen ketidaksukaan itu akan tergantikan dengan kecintaan kepada jurusan yang dipilih. Cita-cita bisa ditulis ulang, passion bisa bentuk dan mood bisa dikontrol . Tersesat bisa benar-benar tersesat dan tersesat yang tersesat di jalan yang benar. Tersesat di jalan yang benar itulah dampak dari adanya pilihan-pilihan yang harus diambil.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/24/33781/tersesat-di-jalan-yang-benar-dilema-pemilihan-jurusan-mahasiswa-ipb/#ixzz2UFdG67xc
Read more
Oleh: Usman Munandar
Sukses adalah tujuan setiap orang di dunia ini. Entah sukses sebagai apa yang mereka inginkan dan bisa jadi merupakan cita-cita. Sudah banyak orang yang memberikan kiat-kiat untuk sukses, ribuan buku telah terbit dan juga rangkaian seminar tentang meraih kesuksesan tersebut. Maka tak ada salahnya jika saya juga ingin memberikan tips yang mudah dan praktis untuk sukses.

Sebenarnya hanya ada 2 kiat yang apabila kita berpegang teguh pada 2 prinsip ini maka sukses akan dapat diraih: Tekun dan Fokus.

1. Tekun. Ketekunan itu identik dengan sabar, gigih, pantang menyerah, dan istiqamah. Jika kita lihat tokoh-tokoh hebat yang masyhur, mereka bisa meraih kesuksesan karena ketekunan mereka. Thomas Alfa Edison, penemu bola lampu yang telah melakukan percobaan hingga ribuan kali untuk menemukan bola lampu.

Tekun juga bisa berarti konsisten atau istiqamah. Jika kita bilang orang itu tekun belajar, maka itu artinya orang tersebut belajar dengan rajin tanpa kenal lelah dan konsisten belajar setiap hari.

Dengan ketekunan yang dimiliki, segala macam rintangan dan kemalasan pada diri kita akan tunduk kepadanya. Ini berarti bahwa ketekunan itu adalah jiwa kegigihan dan pantang menyerah untuk terus belajar dan berusaha.

Bukan orang pintar yang akan sukses, tetapi orang yang tekun lah yang akan sukses. Jika orang pintar sudah pasti sukses maka itu tidak adil, pintar adalah anugerah sedangkan tekun adalah usaha. Pemenang tidak pernah berhenti dan mereka yang berhenti tidak akan pernah menang.

2. Fokus. Tidak ada seorang tokoh hebat yang terkenal karena keahliannya dalam berbagai bidang atau multi-talenta. Melainkan orang-orang hebat tersebut adalah orang yang sukses dan menjadi idola di bidangnya masing-masing. Prof. B.J. Habibie adalah tokoh yang terkenal di industri pesawat terbang. Bill Gates tokoh terkenal di bidang teknologi komputer. Taufik Hidayat, orang yang ahli dalam olahraga bulu tangkis. Bahkan, Muhammad Al Fatih, penakluk Konstantinopel yang namanya sudah diberitakan oleh Nabi Muhammad Saw adalah orang yang fokus dalam masalah peperangan. Sejak kecil sudah diceritakan oleh ayahnya tentang perang yang dihadapi oleh pasukan muslim melawan kafir.

Banyak dari kita yang belum mengetahui kekuatan di balik fokus itu sendiri. Semakin kita fokus pada satu hal, justru hal tersebut akan memudahkan kita dalam mencapai hal yang kita inginkan.

Ketika kita fokus, maka segala macam informasi yang berhubungan dengan impian kita akan mudah masuk ke dalam pikiran kita. Dan sebaliknya jika tidak fokus, justru pikiran kita akan dipusingkan oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan target kita. Sekali lagi, tidak ada orang sukses yang ahli dalam berbagai bidang, yang ada hanyalah orang hebat di bidang yang ditekuninya.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/01/32420/kunci-sukses-tekun-dan-fokus/#ixzz2UFbcnkcU
Read more

Copyright © 2012, BitsaMedia Allrights Reserved - Magazine World Theme - Designed by Uong Jowo Redesigned by Kusriyanto