Home » , Kamis, 31 Maret 2011

Kesungguhan dan Semangat yang Tinggi

Posted by Unknown

Kesungguhan itu lawan dari main-main, yaitu sungguh-sungguh dalam suatu urusan dan memberikan perhatian yang lebih besar dari biasanya serta bersegera ingin menunaikannya.

Untuk menuju ke sana para aktivis dakwah dituntut memiliki semangat yang tinggi, memberikan segala kemampuannya, dan tidak boleh ragu-ragu ataupun berhenti di tengah jalan, atau bermalas-malasan di tengah perjalanan.

Biasanya, ketika meniti perjalanan yang panjang/se­mangat para aktivis dakwah melemah, tekad mereka mengendur, dan langkah mereka melamban. Pada saat itulah amal islami (pergerakan Islam) menjadi lemah dan berkurang  pengikutnya.

Sebagian mereka juga merasakan nikmatnya beristirahat dan rela dengan hal itu. Mereka merasa berat dengan beban dakwah dan tidak menyukainya, memperbanyak senda gurau dan tawa canda, serta bersenang-senang dengan pertemuan yang sepi dari semangat dan kesungguhan.

Mereka juga merasa nyaman dengan tidak ikut serta dalam kafilah jihad. Mereka tidur lelap dan rela dengan hanya memberi kontribusi yang sedikit. Mereka menyibukkan diri dengan urusan yang tidak penting dan melalaikan kewajiban yang sesungguhnya, serta lupa bahwa kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Mereka rela dengan kontribusi minimal yang diberikan kepada dakwahnya, dan sudah menganggapnya sebagai kontribusi yang besar.

Karena itu, harus selalu dipompakan semangat yang tinggi dan kesungguhan yang benar agar kita mampu menunaikan amanah dan tanggung jawab kita serta sampai pada tujuan. al-Qur'an telah memuji sekelompok manusia yang beriman dengan iman yang sesungguhnya. Mereka menyingsingkan lengan baju, dan bersungguh-sungguh mencari keridhaan dari Allah. Allah Ta'ala berfirman,

“Mereka itu bersegera untuk melakukan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (aI-Mu'minun [23] : 61)

Yang harus diingat, ketika berbicara tentang semangat yang tinggi dan kesungguhan adalah kontribusi dan kesungguhan itu berbanding lurus dengan kedekatan seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam hadits qudsi Dia berfirman,

“Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Barangsiapa yang men­dekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan, apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (HR. Muslim, dalam kitab at-Taubah, Nomor 2675).

Para pemalas tidak sama dengan orang yang sungguh-sungguh dan memiliki semangat tinggi.

"Tidaklah sama antara Mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat..." (an-Nisa' [4]: 95)

Orang-orang yang memiliki semangat tinggi dan kesungguhan yang tulus, merekalah orang-orang yang berhak mengemban dakwah ini dan menyampaikannya kepada manusia. Karena itulah, pengemban dakwah yang sesungguhnya adalah mereka yang menghabiskan umurnya, mengorbankan hartanya, dan memberikan waktunya untuk kemenangan dakwah.

Asy-Syahid al-Banna mengatakan, “Adalah sebuah kesalahan jika ada yang menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah para da'i yang menyeru manusia kepada kemalasan dan keterlenaan. Ikhwan selalu menyerukan di setiap kesempatan bahwa seorang Muslim harus menjadi pelopor dalam segala sesuatu. Ikhwan tidak rela hidup tanpa qiyadah, tanpa amal, dan tanpa keunggulan dalam segala hal, baik dalam ilmu, kekuatan, kesehatan, maupun finansial. Sebab, keterbelakangan dalam suatu sisi dari berbagai sisi yang ada itu akan membahayakan fikrah kami dan bertentangan dengan ajaran Islam.”

Beliau juga mengatakan, “Sedikit sekali orang yang tahu ketika salah seorang da'i Ikhwan keluar dari tempat kerjanya pada hari Kamis sore, lalu pada waktu isya sudah berceramah di al-Manya. Di hari Jumat ia menyampaikan khotbah di Manfaluth, Jum'at sorenya berceramah di Asiyuth, dan setelah isya pada hari itu juga sudah berdakwah di Sauhaj, baru kemudian pulang. Pagi-pagi buta di keesokan harinya, ia sudah berada di tempat kerjanya di Kairo, bahkan mendahului karyawan lainnya.”


Surat Terbuka untuk Para Pemalas

Pemalas adalah orang yang tidak beruntung. Ia menghalangi dirinya dari pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak. la terbuai dengan kenikmatan sementara yang dirasakan dari duduk-duduk dan istirahatnya. la lebih mengutamakan santai daripada menyiapkan diri untuk kehidupannya yang tersisa.

"Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan (kehidupan) akhirat." (al-Qiyamah [75]: 20-21)

Dia rela dengan kondisi dirinya. Rela dengan ketertinggalan dan kemalasannya. Seharusnya, dia bisa bangkit lebih tinggi. Sesungguhnya, kita tidak membutuhkan para pemalas. Kita hanya bisa menasihati dan mendoakan mereka. Kita ajak mereka untuk berpikir ulang. Mari kita lihat teman-teman dan saudara-saudara yang telah meninggalkan kita. Barangkali, kita bisa membangkitkan dan menguatkan kembali semangat mereka.

Kita tidak mungkin bisa mengingkari kematian atau orang-orang mati yang setiap hari kita antarkan ke liang lahat. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kita kehilangan mereka untuk selamanya. Tidak dapat kita pungkiri juga bahwa di antara mereka ada yang masih muda dan ada pula yang sudah tua. Di antara mereka ada bayi-bayi yang tak berdosa dan wanita-wanita lemah. Di antara mereka ada yang mati dalam keadaan sehat dan ada pula yang mati karena sakit.

Mati adalah sebuah keniscayaan, mendatangi orang yang sudah tiba saatnya. Tidak ada yang mengetahui. Bisa jadi, kematian akan merenggut kita hari ini dan tidak bisa ditunda sampai hari esok. Pada saat itulah, tidak berguna lagi penyesalan.

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata. 'Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan.'Sekali-kali tidak. Sesungguhnya, itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (al-Mu'minun [23]: 99-100)

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh.”(al-Munafiqun [63]: 10)

Maka, berbuatlah... dan berbuatlah.... Bersungguh-sungguhlah... dan bersungguh-sungguhlah..., sebelum kedatangan suatu hari yang tidak berguna lagi bagi seseorang kecuali apa yang sudah ia perbuat.

Semangat yang tinggi dan kesungguhan dalam sebuah aktivitas dapat memengaruhi derajat surga di antara orang-orang yang beriman.

"Tidaklah sama antara Mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar." (an-Nisa' [4]: 95)

Jangan seperti Mereka

1. Seperti yang difirmankan oleh Allah,
"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah. Maka, perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir." (al-A'raf [7]: 175-176)

2. Orang yang kepergiannya tidak disukai oleh Allah, maka Allah melemahkan keinginan mereka.
"Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang...." (at-Taubah [9]: 87)
Sebabnya adalah hilangnya semangat dan tidak pergi berjihad.

"Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, 'Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal (tidak pergi berperang) itu.” (at-Taubah [9]: 46)

3. Orang yang mencintai dunia sehingga mengalahkan akhirat.
"Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, 'Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah' kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit" (at-Taubah [9]: 38)

Jadilah Seperti Orang-orang yang Menepati Janji dan Bersegera Meraih Kebaikan

Seperti yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala,
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (an-Nur [24]: 37)

"Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara me­reka ada (pula)yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)." (al-Ahzab [33]: 23)

"Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (al-Mu'minun [23]: 61)

Tanda-tanda Kesungguhan dan Semangat Tinggi

- Bersegera menunaikan shalat, "Bangkitlah untuk shalat ketika kalian mendengar panggilan shalat, apa pun keadaan kalian."
- Berkomitmen untuk menghadiri semua pertemuan dan disiplin di dalamnya.
- Merespons dengan cepat instruksi-instruksi mendadak yang diberikan.
- Bersegera menginfakkan harta untuk kepentingan dakwah.
- Tidak berjalan bersama para pemalas dan orang-orang yang suka meninggalkan dakwah.
- Menggunakan seluruh potensi yang dimiliki untuk kepentingan umat dan dakwah.

Sumber: Memperbarui Komitmen Dakwah (Muhammad Abduh)

Category

Related Posts

1 komentar:

  1. saatnya ummat ini bangkit....dan berjihad memenangkan Jazuli-Zakki adalah kemenangan Rakyat

    BalasHapus


Copyright © 2012, BitsaMedia Allrights Reserved - Magazine World Theme - Designed by Uong Jowo Redesigned by Kusriyanto